Saat
ini pemerintah berusaha mengatasi permasalahan keterlambatan transportasi
minyak bumi dan gas alam dari lokasi pengeboran ke tempat pengolahan dengan
membangun pipa bawah laut.Hal ini erat kaitannya dengan masalah waktu dan
biaya.Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
topografi dan jenis sedimen dasar laut serta menentukan jalur peletakan pipa
bawah laut.Survei batimetri dilakukan di Perairan Balongan, Indramayu, Jawa
Barat.Akuisisi data dilakukan dalam perangkat lunak Hydrostar yang
terdapat dalam Kapal Baruna Jaya IV.Perangkat lunak yang digunakan untuk
mengolah data kedalaman adalah Caris HIPS&SIPS 6.1.MB-Systems digunakan
untuk memperoleh data amplitudo yang digunakan untuk melakukan klasifikasi
jenis sedimen dasar laut. Kedalaman lokasi penelitian berkisar antara 11.5 m -
22.5 m. Berdasarkanketentuan DNV-OS-F101 Submarine Pipelines Systems 2007,
jalur peletakan pipa adalah sisi kanan jalur pemeruman, yaitu pada koordinat
108.39 BT, 6.36 LS sampai dengan 108.62 BT, 6.36 LS dengan tingkat kemiringan
sebesar 1.5 meter antara wilayah 2 dan 3 dan sebesar 1 m pada wilayah 3. Bagian
tengah jalur pemeruman memiliki topografi yang lebih datar tetapi peletakan
pipa pada daerah tersebut tidak dapat dilakukan karena sudah terdapat pipa
lain. Jenis sedimen dasar laut yang didapatkan merupakan hasil klasifikasi
dengan cara mencocokan nilai amplitudo dengan jenis sedimen hasil coring.
Nilai amplitudo tersebut kemudian diinterpolasi dengan menggunakan metode Gaussian
untuk mendapatkan sebaran jenis sedimen dasar laut. Jenis sedimen sepanjang
jalur survey didominasi oleh jenis clayey silt diikuti dengan jenis silty
clay dan silt.
Permintaan terhadap minyak bumi dan gas yang
terus meningkat mengharuskan pemerintah untuk membangun sistem pendistribusian
yang efektif.Pembangunan pipa bawah laut merupakan langkah yang tepat untuk
mengatasi lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pendistribusian material cair
seperti minyak dan gas dari lokasi pengeboran.Pengangkutan material tersebut
dalam jumlah besar menggunakan kapal membutuhkan waktu yang cukup
lama.Informasi mengenai kondisi dasar laut sangat dibutuhkan untuk kegiatan
pembangunan pipa bawah laut.Pembangunan pipa bawah laut harus memperhatikan
topografi dan jenis sedimen dasar laut.Peletakan pipa pada topografi yang salah
dapat menyebabkan pipa patah. Menurut Bachri (1998) diperlukan empat tahapan
survei secara berurutan dalam melakukan pembangunan pipa bawah laut, yaitu :
1. Survei
pendahuluan (recconaissance survey)
2. Survei detail (detail
investigation survey)
3. Survei konstruksi
(construction survey)
4. Survei inspeksi (as built or
inspection survey)
Uji berlabuh jangkar (Anchorage Drop Test)
dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan peletakan pipa.Hal ini dilakukan
untuk mengetahui dengan pasti jenis dasar perairan di lokasi instalasi pipa
bawah laut dan sebagai dasar penentuan kedalaman peletakan pipa di dasar
perairan (natural seabed). Berikut merupakan ketentuan kedalaman
penempatan jalur pipa bawah laut :
1. Pipa diletakan
sedalam 3 meter di dasar laut untuk kedalaman 0 – 3 meter dari Mean Sea
Level (MSL).
2. Pipa diletakan
sedalam 2 meter di dasar laut untuk kedalaman 10 – 28 meter dari MSL.
3. Pipa langsung diletakan diatas dasar laut
untuk kedalaman lebih dari 28 meter dari MSL.
4.Lokasi peletakan
pipa harus terhindar dari lokasi pipa yang telah diletakan sebelumnya dan telah
diumumkan secra resmi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Langkah awal penentuan jalur pipa bawah laut
adalah dengan melakukan pembahasan terhadap peta batimetri yang dihasilkan.
Setelah itu dilakukan penggambaran memanjang dari jalur pipa yang akan dibuat
dengan melakukan penghitungan jarak mendatar di permukaan bumi fisik antara dua
titik kedalaman pada jalur pipa yang direncanakan. Penentuan kedalaman
peletakan pipa bawah laut sesuai DNV F 101, yaitu (d(syarat pendam)) dihitung berdasarkan
kedalaman MSL. Kedalaman peletakan pipa didapatkan dari penyesuaian chart
datum (d) ke MSL ( dMSL) dengan menambahkan nilai muka surutan
(Zo) terhadap kedalaman kolom air (CD). Berikut merupakan
persamaan yang digunakan dalam penentuan kedalaman pemendaman pipa bawah laut :
dMSL= d + CD (1)
dpipa= dMSL + d(syarat pendam) (2)
Nilai dpipa yang didapatkan
selanjutnya digunakan untuk perhitungan faktor reduksi jarak mendatar (fr) pada permukaan bumi
fisik sebagai komponen tinggi terhadap MSL (h).
Penentuan jalur peletakan pipa
Jalur peletakan pipa lokasi penelitian
termasuk kedalam kategori export trunk pipelines, yaitu jalur pipa yang
digunakan untuk menyalurkan hidrokarbon yang sudah diproses di platform ke
short based terminal atau off shore loading facility (Guyon et.al,
2005 ). Penentuan jalur peletakan pipa bawah laut harus memperhitungkan
beberapa faktor penting, yaitu :
1. Kemiringan dasar
laut
2. Instalasi pipa
bawah laut yang sudah ada sebelumnya
3. Tingkat keamanan
pipa
4. Jenis sedimen
dasar laut
5. Panjang jalur pipa
Faktor
lain yang berpengaruh terhadap tingkat keamanan pipa adalah jenis fluida yang
dialirkan dan jarak jalur pipa tersebut terhadap pantai. Jenis fluida yang
dialirkan termasuk dalam kategori D, yaitu jenis gas alam berfasa satu dan
tidak beracun. Jarak lokasi peletakan pipa terhadap pantai adalah 4.6 km
sehingga berdasarkan kepada ketetapan DNV-OS-F101 Submarine Pipelines
Systems 2007 tingkat keamanan jalur peletakan pipa termasukkedalam kategori
tinggi. Hal ini berarti tingkat kegagalan yang terjadi menyebabkan risiko yang
tinggi terhadap kecelakaan manusia, polusi lingkungan yang signifikan atau
kerugian yang sangat besar pada ekonomi dan politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar