Powered By Blogger

Selasa, 13 Maret 2012

Metode-metode dalam Teologi

      Pahami terlebih dahulu bahwa teologi merupakan sebuah fenomena fenomenologis. Ia dipahami, dicari, dikembangkan, dirumuskan, diberlakukan, diuji, dirumuskan ulang, dst. Refleksi teologi adalah refleksi berproses dengan lingkungan, refleksi di dalam sejarah yang selalu berkembang. Hardiyanto, menjelaskan bahwa dari apa yang dipikirkan, dipahami, dst itu terlihat bahwa yang terjadi itu dikerjakan secara sistematis, dengan metode-metode yang disempurnakan, dan dalam suatu dialog yang meliputi seluruh dunia beriman.dari sana nyata bahwa kita sudah melakukan teologi sejak kita mulai berpikir mengenai iman, meskipun dalam bentuk yang spontan, sedikit banyak kebetulan, tidak secara sistematis dan ilmiah. Dengan demikian teologi mengintegrasikan iman kita ke dalam kehidupan kita sebagai subyek yang berkepribadian, yang berpikir dengan bebas. Jadi (a) kalau kita ingin ikut-serta dalam fenomen sosial yang disebut teologi Kristen, kita diarahkan kembali secara refleksif ke iman, dan dengan demikian ke kenyataan eksistensial kita yang paling dalam; (b) kalau kita ingin memenuhi keperluan eksistensial yang termuat dalam iman, kita merealisasikan iman sebagai pribadi yang bebas dan berpikir, maka kita mengembangkan hal atau kegiatan teologi.

Pada tataran itu penting diketahui metode-metode dalam teologi. Ini penting dalam rangka menjaga jarak kritis antara teologi dengan lingkungannya, serta membuat peta yang jelas tentang sisi teologi dan sisi agama. Kunci menggunakan metode dalam teologi adalah (a) untuk menghayati dialektika teks dan konteks, atau wahyu dan isi wahyu; (b) sebagai jembatan penghubung antara subyek yang berteologi dengan obyek teologi itu; (c) untuk mengasimilasikan wahyu dalam rangka memahami peristiwa (the fact) dan makna (the meaning) dari peristiwa tertentu.
Dengan demikian ada tiga metode dalam teologi, yaitu:

1. Metode historis; yang akan menentukan fakta; dan oleh karena fakta diketahui melalui dokumen-dokumen: metode akan menentukan keotentikan dan bentuk asli (kritik teks) dari dokumen-dokumen tersebut.

2. Metode hermeneutis; pertama-tama akan menentukan arti dari dokumen-dokumen itu (eksegesis teks), lantas mencari arti yang paling dalam baik dari kesaksian dokumen-dokumen maupun dari peristiwa-peristiwa sendiri.

3. Metode antropologis; yang diperlukan untuk mencapai pengertian tentang subyek manusiawi dan dunianya; dalam bidang ini semua bidang ilmu manusia, yang berpusatkan pada filsafat manusia yang utuh, menyumbangkan hasilnya pada teologi.
Ketiga metode itu tidak dapat dilepaspisahkan, melainkan mesti digunakan secara mutual, dalam arti saling mengisi. Walau demikian, setiap metode mesti dikerjakan sesuai dengan kaidah metode masing-masing.

Teologi menggunakan metode historis, hermeneutis dan antropologis dari ilmu-ilmu lain, dan dalam cara menggunakannya juga tidak berbeda dengan ilmu-ilmu yang lain itu. Teologi menentukan suatu fakta historis, keotentikan atau bentuk asli atau arti dari suatu dokumen, struktur dari suatu kegiatan atau institusi manusiawi, tepat seperti ilmu-ilmu lain itu bekerja. Yang paling-paling dapat dikatakan khusus dalam teologi ialah bahwa penggunaan dan perjalanan langkah demi langkah dari metode-metode itu ditentukan oleh intensi iman, dan diarahkan ke kesatuan yang ditentukan oleh iman. Dengan perkataan lain, terhadap metode-metode, iman berlaku sebagai asas pembentuk, yang menyatukan dan menghidupkan.

Dengan demikian teologi merupakan usaha refleksif, metodis dan sistematis, yang akan mengasimilasikan dan mengekeplisitasikan wahyu ilahi secara manusiawi; usaha refleksif, metodis dan sistematis yang akan menerima wahyu ilahi dengan pengertian (fides in statu scientiae). Teologi memakai metode historis, hermeneutis dan antropologis, menurut hukum-hukum dari metode tersebut dalam ilmu-ilmu lainnya. Semua metode tersebut lantas dipersatukan dan diarahkan oleh intensi teologi, yaitu pemahaman iman.