Powered By Blogger

Kamis, 19 April 2012

Makna Huruf Jawa

Huruf atau carakan Jawa yakni ha na ca ra ka dan seterusnya merupakan sabda pangandikanipun) dari Tuhan YME di tanah Jawa.



Pembukaan Huruf Jawa


1. Huruf Ha


Berarti ‘hidup’, atau huruf berarti juga ada hidup, sebab memang
hidup itu ada, karena ada yang menghidupi atau yang memberi hidup,
hidup itu adalah sendirian dalam arti abadi atau langgeng tidak terkena
kematian dalam menghadapi segala keadaan. Hidup tersebut terdiri atas 4
unsur yaitu:

a. Api

b. Angin

c. Bumi

d. Air



2. Huruf Na

Berari ‘nur’ atau cahaya, yakni cahaya dari Tuhan YME dan terletak pada sifat manusia.



3. Huruf Ca


Berarti ‘cahaya’, artinya cahaya di sini memang sama dengan cahaya
yang telah disebutkan di atas. Yakni salah satu sifat Tuhan yang ada
pada manusia. Kita telah mengetahui pula akan sifat Tuhan dan
sifat-sifat tersebut ada pada yang dilimpahkan Tuhan kepada manusia
karena memang Tuhan pun menghendaki agar manusia itu mempunyai sifat
baik.



4. Huruf Ra

Berarti ‘roh’, yaitu roh Tuhan yang ada pada diri manusia.



5. Huruf Ka

Berarti ‘berkumpul’, yakni berkumpulnya Tuhan YMEyang juga terletak pada sifat manusia.



6. Huruf Da

Berarti ‘zat’, ialah zatnya Tuhan YME yang terletak pada sifat manusia.



7. Huruf Ta

Berarti ‘tes’ atau tetes, yaitu tetes Tuhan YME yang berada pada manusia.



8. Huruf Sa


Berarti ‘satu’. Dalam hal ini huruf sa tersebut telah nyata
menunjukkan bahwa Tuhan YME yaitu satu, jadi tidak ada yang dapat
menyamai Tuhan.



9. Huruf Wa


Berarti ‘wujud’ atau bentuk, dalam arti ini menyatakan bahwa wujud
atau bentuk Tuhan itu ada dalam manusia yang setelah bertapa kurang
lebih 9 bulan dalam gua garba ibu lalu dilahirkan dalam wujud diri.



10. Huruf La


Berarti ‘langgeng’ atau ‘abadi’, la yang mengandung arti langgeng ini
juga nyata menunjukkan bahwa hanya Tuhan YME sendirian yang langgeng
di dunia ini, berarti abadi pula untuk selama-lamanya.



11. Huruf Pa


Berarti ‘papan’ atau ‘tempat’, yaitu papan Tuhan YME-lah yang
memenuhi alam jagad raya ini, jagad gede juga jagad kecil (manusia).



12. Huruf Dha

Berarti dhawuh, yiatu perintah-perintah Tuhan YME inilah yang terletak dalam diri dan besarnya Adam, manusia yang utama.



13. Huruf Ja

Berarti ‘jasad’ atau ‘badan’. Jasad Tuhan YME itu terletak pada sifat manusia yang utama.



14. Huruf Ya


Berarti ‘dawuh’. Dawuh di sini mempunyai lain arti dengan dhawuh di
atas, karena dawuh berarti selalu menyaksikan kehendak manusia baik yang
berbuat jelek maupun yang bertindak baik yang selalu menggunakan
kata-katanya “Ya”.



15. Huruf Nya

Berarti ‘pasrah’ atau ‘menyerahkan’. Jelasnya Tuhan YME dengan ikhlas menyerahkan semua yang telah tersedia di dunia ini.



16. Huruf Ma

Berarti ‘marga’ atau ‘jalan’. Tuhan YME telah memberikan jalan kepada manusia yang berbuat jelek dan baik.



17. Huruf Ga

Berarti ‘gaib’, gaib dari Tuhan YME inilah yang terletak pada sifat manusia.



18. Huruf Ba

Berarti ‘babar’, yaitu kabarnya manusia dari gaibnya Tuhan YME.



19. Huruf Tha


Berarti ‘thukul’ atau ‘tumbuh’. Tumbuh atau adanya gaib adalah dari
kehendak Tuhna YME. Dapat pula dikatakan gaib adalah jalan jauh tanpa
batas, dekat tetapi tidak dapat disentuh, seperti halnya cahaya terang
tetapi tidak dapat diraba atau pun disentuh, dan harus diakui bahwa
besarnya gaib itu adalah seperti debu atau terpandang. Demikianlah
gaibnya Tuhan YME itu (micro binubut).



20. Huruf Nga

Berarti ‘ngalam’, ‘yang bersinar terang’, atau terang/gaib Tuhan YME yang mengadakan sinar terang.


Demikianlah huruf Jawa yang 20 itu dan ternyata dapat digunakan
sebagai lambang dan dapat diartikan sesuai dengan sifat Tuhan sendiri,
karena memang seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Jawa yang
menggunakan huruf Jawa itupun merupakan sabda dari Tuhan YME.



Huruf atau carakan Jawa yakni ha na ca ra ka dan seterusnya merupakan sabda pangandikanipun) dari Tuhan YME di tanah Jawa.



B. Penyatuan Huruf atau Aksara Jawa 20



1. Huruf Ha + Nga

Hanga berarti angan-angan.



Dimaksudkan dengan angan-angan ini ialah panca indra yaitu lima indra, seperti:

1. Angan-angan yang terletak di ubun-ubun (kepala) yang menyimpan otak untuk memikir akan keseluruhan keadaan.

2. Angan-angan mata yang digunakan untuk melihat segala keadaan.

3. Angan-angan telinga yang dipakai untuk mendengar keseluruhan keadaan.

4. Angan-angan hidung untuk mencium/membau seluruh keadaan.

5. Angan-angan mulut yang digunakan untuk merasakan dan mengunyah makanan.



2. Huruf Na + Ta

Noto, berarti ‘nutuk’.



3. Huruf Ca + Ba


Caba, berarti coblong (lobang) dan kata tersebut di atas berarti
wadah atau tampat yang dimilki oleh lelaki atau wanita saat menjalin
rasa menjadi satu; adanya perkataan kun berarti pernyataan yang
dikeluarkan oleh pria dan wanita dalam bentuk kata ya dan ayo dan kedua
kata tersebut mempunyai persamaan arti dan kehendak yaitu mau.



4. Huruf Ra + Ga


Raga, berarti ‘badan awak/diri’. Kata raga atau ragangan merupakan
juga kerangka dan kehendak pria dan wanita ketika menjalin rasa menjadi
satu karena bersama-sama menghendaki untuk menciptakan raga atau diri
agar supaya dapat terlaksana untuk mendapatkan anak.



5. Huruf Ka + Ma


Kama, berarti ‘komo’ atau biji, bibit, benih. Setiap manusia baik
laki-laki atau wanita pastilah mengandung benih untuk kelangsungan
hidup; oleh karena itu di dalam kata raga seperti terurai di atas
merupakan kehendak pria dan wanita untuk menjalin rasa menjadi satu.
Karena itulah maka kata raga telah menunjukkan adanya kedua benih yang
akan disatukan dengan melewati raga, dan dengan penyatuan kama dari
kedua belah pihak itu maka kelangsungan hidup akan dapat tercapai.



6. Huruf Da + Nya

Danya atau donya atau dunia.


Persatuan kedua benih atau kama tadi mengakibatkan kelahiran, dan
kelahiran ini merupakan calon keturunan di dunia atau (alam) donya;
dengan demikian dapat dipahami kalau atas kehendak Tuhan YME maka
diturunkanlah ke alam dunia ini benih-benih manusia dari Kahyangan
dengan melewati penyatuan rasa kedua jenis manusia.



7. Huruf Ta + Ya


Taya atau toya, yaitu ari atau banyu. Kelahiran manusia (jabang bayi)
diawali dengan keluarnya air (kawah) pun pula kelahiran bayi tersebut
juga dijemput dengan air (untuk membersihkan, memandikan dsb); karena
itulah air tersebut berumur lebih tua dari dirinya sendiri disebut juga
mutmainah atau sukma yang sedang mengembara dan mempunyai watak suci
dan adil.



8. Huruf Sa + Ja


Saja atau siji atau satu. Pada umumnya kelahiran manusia (bayi) itu
hanya satu, andaikata jadi kelahiran kembar maka itulah kehendak Tuhan
YME. Dan kelahiran satu tersebut menunjukkan adanya kata saja atau siji
atau satu.



9. Huruf Wa + Da


Wada atau wadah atau tempat. Berbicara tentang wadah atau tempat,
sudah seharusnya membicarakan tentang isi pula, karena kedua hal
tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan demikian timbul
pertanyaan mengenai wadah dan isi, siapakah yang ada terlebih dahulu.


Pada umumnya dikatakan kalau wadah harus diadakan terlebih dahulu,
baru kemudian isi, sebenarnya hal ini adalah kurang benar. Yang
diciptakan terlebih dahulu adalah isi, dan karena isi tersebut
membutuhkan tempat penyimpanan, maka diciptakan pula wadahnya. Jangan
sampai menimbulkan kalimat “Wadah mencari isi” akan tetapi haruslah
“Isi mencari wadah” karena memang ‘isi’ diciptakan terlebih dahulu.




Sebagai contoh dapat diambilkan di sini: rumah, sebab rumah merupakan
wadah manusia, dan manusia merupakan isi dari rumah. Jadi jelaslah
bahwa sebenarnya isilah yang mencari wadah.


Sebagai bukti dari uraian di atas, dapatlah dijelaskan bahwa:
kematian manusia berarti (raga) ditinggalkan isi (hidup). Bagai
pendapat yang mengatakan “wadah terlebih dahulu diciptakan” maka
mengenai kematian itu seharusnya wadah mengatakan supaya isi jangan
meniggalkan terlebih dahulu sebelum wadah mendahului meninggalkan. Hal
ini jelas tidak mungkin terjadi, apalagi kalau kematian itu terjadi
dalam umur muda dimana kesenangan dan kepuasan hidup tersebut belum
dialaminya.




Demikianlah persoalan wadah ini dengan dunia, karena sebelum dunia
ini diciptakan (sebagai wadah) maka yang telah ada adalah (isinya)
Tuhan YME. Pendapat lain mengatakan kalau sebelum diadakan jalinan rasa
maka keadaan masih kosong (awangawung). Tetapi setelah jalinan rasa
dilaksanakan oleh pria dan wanita maka meneteslah benih dan apabila
benih tadi mendapatkan wadahnya akan terjadi kelahiran. Sebaliknya kalau
wadah tersebut belum ada maka kelahiran pun tidak akan terjadi, yang
bearti masih suwung atau kosong. Meskipun begitu, “hidup’ itu tetap
telah ada demikian pula “isi’, dan dimanakah letak isi tadi ialah pada
ayah dan ibu. Maka selama ayah dan ibu masih ada maka hidup masih dapat
membenihkan biji atau bibit.



10. Huruf La + Pa


Lapa atau mati atau lampus. Semua keadaan yang hidup selalu dapat
bergerak, keadaan hidup tesebut kalau ditinggal oleh hidup maka disebut
dengan mati. Sebenarnya pemikiran demikian itu tidak benar, akan tetapi
kesalahan tadi telah dibenarkan sehingga menjadi salah kaprah. Sebab
yang dikatakan mati tadi sebenarnya bukanlah kematian sebenarnya, akan
tetapi hidup hanyalah meninggalkannya saja yaitu untuk mengembalikan
semua ke asalnya, hidup kembali kepada yang menciptakan hidup, karena
hidup berasal dari suwung sudah tentu kembali ke suwung atau kosong
(awangawung) lagi. Akan tetapi sebenarnya dapatlah dikatakan bahwa
suwung itu tetap ada sedangkan raga manusia yang berasal pula dari tanah
akan kembali ke tanah (kuburan) pula.

Pituture Simbah Kakung marang anak putu lan buyut



Bocah bagus anakku lanang, ojo wedi golek-o pepadhang dalan, ora kendhat
anggonku ngengudhang, Duh bocah bagus anakku lanang,
Wong tuwamu dudu raja, sing dak warisake dudu bandha donya, sangumu mung isi pitutur, muga dadi titah kang luhur.
Anak lanang bagusing ati, ojo lali anggonmu memuji, marang Gusti Kang Murbeng Dumadi, Muga dadi padhange ati.
Urip ing donyo iku sadelo, urip ing kono koyo samudra, mula nggeerr,…, ojo wegah padho tetanem, ing kono mbesuke bakal ngunduh.
Bocah bagus anakku lanang, ojo nganti ninggal piwulang, mumpung jembar golek-o pepadhang. Ojo jirih ing pepalang.
Sejatine ora ono opo-opo…., sejatine jaga awujud suwung, ora warno lan ora rupa, Sing ono mung awang-uwung.
Akehing bondho dudu ukuran, drajat lan pangkat dudu takeran, lan pepujane rasa dudu anak, pagering jiwo dudu sanak.
rahayu..